Wednesday, June 25, 2014

Strategi Pembelajaran Matematika di Indonesia

Srategi Pembelajaran Matematika di Indonesia

Perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia memang sedikit memprihatinkan, rendahnya penguasaan teknologi dan kemampuan sumber daya manusia Indonesia untuk berkompetensi secara global bisa menjadi salah satu dari sekian banyaknya faktor yang ada. Indonesia adalah sebuah negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun       kemampuan anak Indonesia di bidang matematika masih terbilang rendah. Mereka beranggapan bahwa pembelajaran matematika itu sulit, serta kurangnya jumlah pengajar yang mengikuti perkembangan matematika.
Matematika dikenal sebagai ilmu dasar, pembelajaran matematika akan melatih kemampuan kritis, logis, analitis dan sistematis. Tetapi peran matematika tidak hanya sebatas hal tersebut, seperti bidang lain, seperti fisika, ekonomi, biologi tidak terlepas dari peran matematika. Tetapi kemajuan ilmu fisika itu sendiri tidak akan tercapai tanpa peran matematika dan perkembangan matematika itu sendiri. seperti ada pendapat  yang menyatakan bahwa  “Matematika sebagai Ratu dan sekaligus Pelayan ilmu.”
Berkaitan dengan kurikulum 2013
Sekarang kurikulum yang sedang diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013, dimana Dalam pandangan Kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran adalah suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dilihat dari aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Kemampuan ini akan diperlukan oleh siswa tersebut untuk kehidupannya dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan kehidupan umat manusia. Karena itu suatu kegiatan pembelajaran seharusnya mempunyai arah yang menuju pemberdayaan semua potensi siswa agar dapat menjadi kompetensi yang diharapkan. 
         Menurut (Anonim,  2013)Klik Untuk Lihat Blog Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin, dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika maupun bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, pada keadaan yang sebenarnya adalah belum sesuai dengan yang diharapkan. kebanyakan bahkan hampir di semua sekolah pembelajaran yang diterapkannya masih cenderung text book oriented ( berorientasi pada buku ) dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran matematika yang cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain pembelajaran yang kreatif. Seperti metode yang digunakan kurang bervariasi, tidak melakukan pengajaran bermakna, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.
Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur berbagai pembelajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan karena itu pemilihan metode strategi dari pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya  pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi para guru.
Namun di  Indonesia ini para guru masih belum mampu dan mau menerapkannya. Sehingga peserta didik hanya sering mendengarkan ceramah tanpa memperdulikan sebagian peserta didik yang pemahamannya kurang dan sulit menangkap penjelasan guru. Sehingga guru-guru tersebut perlu tindakan lain agar pembelajaran matematika tersebut berkembang sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.
Keadaan tersebut mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran tersebut siswa kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-idenya dan alasan jawaban mereka. Perubahan cara berpikir yang perlu diperhatikan sejak awal adalah bahwa hasil belajar siswa merupakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari aktifitas belajarnya.
Dengan kurikulum 2013 dengan prinsipnya seharusnya bembelajaran matematika lebih berkembang dari segi konsep mengajar, teori-teori belajar, dan strategi pembelajarannya. Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan yang akan di capai. Untuk itulah metode dan strategi yang digunakan guru haruslah bervariasi tidak hanya dengan menggunakan satu metode dan strategi saja.
Dalam pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi. Dengan mengajukan masalah konstektual, peserta didik secara bertahap di bimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, seharusnya sekolah menggunakan, seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
Strategi Pembelajaran adalah Strategi pembelajaran adalah cara- cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran.
Menurut  Kafaris , Andi (2011) Strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengaktualisasikan potensi-potensi matematika adalah strategi yang memenuhi kriteria (syarat-syarat ) berikut :
  1. Strategi  tersebut harus memberikan kesempatan dan  dorongan  bagi siswa   untuk secara aktif mengkonstruksi makna (meaning) dari materi-materi yang dipelajari, untuk mengusahakan agar proses pembelajaran betul-betul bermakna (meaningful) bagi para siswa yang bersangkutan, sehingga pengetahuan-pengetahuan, kemampuan-kemampuan, sikap-sikap, dan lain-lain yang dipelajari bisa terinternalisasi dengan baik (lihat, Schifter & Fosnot, 1993). Jika proses belajar aktif dan konstruktif tidak dilakukan, dapat dikhawatirkan bahwa pembelajaran hanya terjadi secara mekanistik (rote learning), sehingga pengetahuan-pengetahuan, kemampuan-kemampuan, sikap-sikap, dan lain-lain tidak terinternalisasi dengan baik, atau bahkan tidak terinternalisasi sama sekali.
  2. Strategi harus secara ekspilist dan intensif melatih dan mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap seperti yang disebutkan di muka. Dalam kenyataan yang sering terjadi, pada bagian awal dari GBPP ada perumusan tujuan tentang kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang diharapkan akan diperoleh; akan tetapi, dalam pelaksanaan dari kegiatan pembelajaran tidak ada usaha yang eksplisit untuk mengupayakan agar kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap itu betul-betul bisa diperoleh, dengan akibat bahwa para siswa kemungkinan besar tidak bisa memperoleh atau mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap tersebut.
  3. Strategi  pembelajaran  matematika  tersebut harus banyak menggunakan  contoh-contoh kejadian (kasus, fenomena) dari dunia nyata untuk dikupas atau dinalisis. Misalnya, untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah-masalah dalam dunia nyata, contoh-contoh masalah yang berasal dari dunia sebaiknya juga digunakan. Dengan contoh-contoh kasus nyata tersebut, di samping proses pemecahan masalah menjadi aktual, siswa juga mengetahui konteks-konteks dalam dunia nyata yang bisa dianalisis secara matematis, atau bisa dikupas segi-segi matematisnya. Proses ini juga akan memperkuat motivasi siswa dalam mempelajari matematika, sebab siswa mengetahui relevansi matematika yang mereka pelajari dengan situasi kehidupan nyata yang mereka alami. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Prof. Hans Freudenthal (alm.) bahwa matematika yang dipelajari oleh siswa sedapat mungkin harus dekat atau relevan dengan kenyataan hidup yang dialami oleh para siswa sehari-hari (lihat misalnya, dalam de Lange, 1987; dan Heuvel-Panhuizen, 1996).
  4. Strategi tersebut perlu menunjukkan kegunaan matematika secara terintegrasi pada berbagai masalah, untuk mengusahakan agar siswa memahami bahwa dalam kehidupan nyata seringkali suatu masalah atau suatu gejala memuat berbagai aspek sehingga cabang matematika bisa dipakai bersama-sama untuk menganalisis masalah atau gejala tersebut.
             Jika kita mencermati pembelajaran matematika di sekolah di Indonesia sekarang  ini, ada beberapa gejala yang tampak mencolok, antara lain :
  • materi pembelajaran yang sangat padat dibandingkan dengan waktu yang tersedia
  •    strategi    pembelajaran   yang  lebih  didominasi   oleh upaya untuk menyelesaikan    materi pembelajaran dalam waktu yang tersedia, dan kurang adanya prosed                  dalamdiri siswa untuk mencerna materi secara aktif dan konstruktif
  •      orientasi pembelajaran yang terpaku pada ulangan umum atau Ebtanas
  •      kurang keterkaitan antara materi dan proses pembelajaran dengan dunia nyata.
Pembelajaran matematika di Indonesia dewasa ini belum mampu mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh matematika pada diri siswa.
Untuk mengupayakan agar pembelajaran matematika di Indonesia dapat mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh matematika pada diri para siswa, banyak hal yang perlu dilakukan, antara lain penggunaan kurikulum yang fleksibel, penerapan strategi pembelajaran yang lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari matematika secara aktif dan konstruktif, dan upaya untuk lebih melibatkan dunia nyata dalam proses pembelajaran matematika di sekolah.
Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran diantaranya adalah :
  • Strategi Pembelajaran Expositori (SPE)
  • Strategi Pembelajaran Inkuuiri ( SPI )
  • Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
  • Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB)
  • Strategi Pembelajaran kooperatif (SPK)
  • Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Strategi pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, dkk ( 2008 ) adalah sebagai berikut :  
  • Critical Incident (pengalaman Penting)
  • Active Knowladge Sharing ( Saling Tukar Pengetahuan )
  • True or False  ( Benar atau Salah ).
  • Guided Not taking ( Catatan Terbimbing ).
  • Card Sort ( Sortir Kartu ).
  •  The Power of Two ( kekuatan Dua Kepala ).
  • Everyone is s teacher here ( Semua Bisa ja#di Guru )
  • Index Card Match ( mencari Pasangan ).
  • Crossword Puzzle ( teka-Teki Silang )
  • Practice Rehearsal Pairs ( Praktek Berpasangan ).
          Untuk lebih jelas mengenai macam-macam strategi pembelajaran diatas kunjungi : Blog referensi berikut.

Dari beberapa penjelasan di atas , Penerapan Cara Belajar Matematika secara Aktif dan Konstruktif  mungkin  akan bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada khususnya di Indonesia, karena dalam hal ini siswa dibuat paham dengan apa yang dipelajarinya dengan mengenalkannya pada konsep matematika yang ada, bukan hanya menerima apa yang telah ada . Cara tersebut memang membutuhkan kemauan yang kuat, mengingat para siswa dan para guru di Indonesia sudah terbiasa dengan model pengajaran yang lama, dimana gurulah yang menjelaskan dan siswa mendengarkan serta mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru That’s it,. bukan hanya di Indonesia bahkan beberapa tempat di belahan dunia lainnya juga mungkin masih menggunakan pemikiran lama tersebut, ditambah lagi dengan adanya faktor-faktor sosial-budaya yang berbeda dari yang ada di negara-negara lain. akan tetapi,tidak ada kata tak mungkin jika kita mau berusaha,  jika kita memang betul-betul ingin mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam pendidikan matematika di negara kita, perubahan tersebut harus kita lakukan. 
Metode-metode dan strategi pembelajaran yang sudah diterapkan di Indonesia begitu banyak, namun belum optimal dalam pelaksanaannya. Sehingga guru pun masih bingung untuk menerapkan metode pembelajaran yang baik untuk peserta didiknya. Oleh karena itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya guru haruslah melibatkan siswa dalam pembelajran secara aktfi, dan mengenal karakteristik siswa , sehingga tidak hanya terpaku pada satu metode mengajar saja.
Pembelajaran matematika memanglah sulit(tak dipungkiri), namun kesulitan itu dapat menjadi mudah ketika siswa sudah tertarik dengan metode dan strategi yang di terapkan gurunya dapat menyenangkan, menarik perhatiannya dan memotivasinya untuk belajar matematika.
Oleh karena itu, Kreatifitas pembelajaran matematika di Indonesia ini perlu terus dikembangkan, karena itu matematika mesti diajarkan secara menarik dan terhubung dengan dunia nyata sehingga siswa senang,

Wednesday, June 11, 2014

Pengajaran konsep dan Pengajaran Berbasis Inquiri

A.        Pengajaran Konsep
Guru berpengalaman tahu bahwa konsep-konsep dalam mata pelajaran apapun adalah dasar dari pemikiran, khususnya pemikiran tingkat tinggi. Konsep memungkinkan individu untuk menggolongkan benda dan gagasan dan menarik aturan dan prinsip. Proses mempelajari konsep dimulai pada usia dini dan berlanjut sepanjang hidup pada saat orang mengembangkan konsep yang semakin lama yang semakin kompleks, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pembelajaran konsep penting di sekolah dan kehidupan sehari-hari karena konsep memungkinkan adanya saling memahami antara orang-orang dan memberikan dasar bagi interaksi lisan.
Terdapat banyak pendekatan untuk pengajaran konsep, tetapi dua yang mendasar telah dipilih. Keduanya dinamai pendekatan presentasi langsung dan pendekatan pemerolehan konsep.Namun, pada dasarnya, pembelajaran konsep meliputi empat fase atau tahap utama : (1) menyajikan tujuan  dan membuka pelajaran, (2) memasukkan contoh dan bukan contoh, (3) menguji pemerolehan konsep dan (4) menganalisis proses pemikiran siswa.
Langkah-langkah pengajaran konsep antara lain:
·      Mengklarifikasi tujuan dan membuka pelajaran.
·      Gunakan contoh dan bukan contoh.
·      Menguji pencapaian
·      Menganalisis proses pemikiran siswa
B.       Pengajaran Berbasis Inquiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu inquiry, yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah  yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.
Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena inkuiri menuntut peserta didik untuk berpikir. Pengajaran ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Meskipun pengajaran ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peran penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadangkala guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan intruksi-intruksi, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar dan saran kepada peserta didik.
Tujuan utama dari pengajaran berbasis inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir siswa. Dengan demikian, pengajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar siswa. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi antara siswa dengan siswa juga berinteraksi dengan guru bahkaninteraksi siswa dengan lingkungan.
Langkah-langkah proses pengajaran berbasis inquiri :
1.         Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah ini guru harus merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting karena keberhasilan SPI sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi yaitu :
       -     Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang siharapkan dapat tercapai oleh siswa.
       -     Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
       -     Menjelaskan pentingnya topic dan kegiatan belajar, hal ini dapat dilakukan dalam 
              rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2.         Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri.
Beberapa hal yang hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantara :
Ø  Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa
Ø  Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti
Ø  Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa
3.         Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajikan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4.         Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.Tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5.         Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
6.          Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebiknya guru mempu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Pengajaran Langsung


A.       Dukungan Teoritis dan Empiris
Sejumlah akar historis dan teoritis dimunculkan untuk memberikan rasional dan dukungan bagi pengajaran langsung. Beberapa aspek dari model tersebut diturunkan dari prosedur pelatihan yang dikembangkan dalam konteks industri dan militer. Barak Rosenshine dan Robert Stevens (1986), misalnya, melaporkan bahwa mereka menemukan buku yang dipublikasikan tahun 1945 berjudul How to Instruct yang berisi gagasan terkait dengan pengajaran langsung. Dukungan teoris dan empiris meliputi teori perilaku, teori kognitif sosial, dan penalitian efektivitas guru.

B.       Merencanakan dan Melakasanakan Pelajaran Pengajaran Langsung
Sama halnya dengan pendekatan pengajaran apapun, pelaksanaan terampil dari pelajaran pengajaran langsung membutuhkan keputusan dan perilaku khusus oleh guru selama perencanaan dan selama melaksanakan pelajaran. Bebebrapa tindakan ini mirip dengan tindakan yang ditemukan di model-model pengajaran lainnya. Ada beberapa hal yang ditekankan dalam melaksanakan pelajaran pengajaran langsung.

a.         Merencanakan Pengajaran Langsung
Model pengajaran langsung khususnya dirancang untuk meningkatkan pembelajaran siswa tentang pengetahuan faktual yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan cara bertahap dan untuk membantu siswa menguasai pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk menampilkan keterampilan sederhana dan kompleks. Tujuan pengajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemerolehan pengetahuan dengan tujuan yang dimaksudkan untuk pengembangan ketemapilan.
1.    Menyiapkan Tujuan
Ketika menyiapkan tujuan untuk pelajaran pengajaran langsung, format perilaku yang lebih khusus biasanya merupakan pendekatan yang disukai. Tujuan yang baik harus berpusat pada siswa dan spesifik, menyatakan situasi pengetesan (penilaian), dan mengidentifikasi tingkat kinerja yang diharapkan. Perbedaan utama antara menulis tujuan untuk pelajaran yang berorientasi pada keterampilan dan menulis pelajaran dengan konten yang lebih kompleks adalah bahwa tujuan yang berorientasi keterampilan biasanya menujukkan perilaku yang diamati dengan mudah  yang dapat diungkapkan dengan tepat dan diukur dengan akurat. Misalnya jika tujuannya adalah membuat siswa dapat memanjat tali sepanjang 15 kaki dalam tujuh menit, perilaku tersebut dapat diamati dan diukur waktunya. Jika tujuannya adalah menyuruh siswa mengamati bola dunia dan menunjukkan Irak, perilaku tersebut juga dapat diamati.
2.    Kemajuan Belajar dan Analisis Tugas
Kemajuan belajar dan analisis tugas merupakan alat yang digunakan guru untuk mendefinisikan hasil belajar yang terkait dengan potongan pengetahuan atau keterampilan tertentu dan menentukan cara terbaik menyusun pengajaran. Alat ini, kadang dikaitkan dengan Popham (2008), digunakan untuk mengidentifikasi seperangkat sub keterampilan atau sub pengetahuan yang memampukan (blok pembangun) yang harus dikuasai siswa dalam perjalanannya menuju tujuan atau standar yang lebih global atau keseluruhan.
Analisis tugas merupakan alat yang sama. Gagasan pokok di balik analisis tugas adalah bahwa pemahaman dan keterampilan kompleks tidak dapat dipelajari pada satu saat saja atau secara keseluruhan. Alih-alih untuk memudahkan pemahan dan penguasaan, keterampilan dan pemahaman kompleks pertama-tam harus dibagi menjadi bagian-bagian penting.
Analisis tugas membantu guru mendefinisikan secara tepat apa yang perlu dilakukan siswa untuk menampilkan keterampilan yang diharapkan. Hal ini dapat dicapai melalui beberapa tahap:
a.    Mencari tahu apa yang dilakukan orang yang berpenga\etahuan luas ketika keterampilan ditampilkan
b.   Membagi keterampilan keseluruhan menjadi sub keterampilan
c.    Meletakkan sub keterampilan dengan urutan tertentu, menunjukkan sub keterampilan     mana yang mungkin menjadi prasyarat keterampilan lain
d. Merancang strategi untuk mengajarkan setiap sub keterampilan dan cara menggabungkannya
3.    Merencanakan Waktu dan Ruang
Merencanakan dan mengelolah waktu sangatlah penting bagi pelajaran pengajaran langsung. Guru harus memastikan waktunya cukup, cocok dengan bakat dan kemampuan siswa dalam kelas tersebut, dan siswa termotivasi untuk tetap terlibat selama pelajaran. Memastikan bahwa siswa memahami tujuan pelajaran pengajaran langsung dan mengaitkan pelajaran dengan pengetahuan awal dan minat siswa merupakan cara-cara meningkatkan atensi dan keterlibatan siswa.
b.        Melaksanakan Pelajaran Pengajaran Langsung
Pada setiap model pengajaran memiliki sintaks atau fase-fase pengajaran yang berbeda antara satu model pengajaran dengan model pengajaran yang lain. Model pengajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting, yaitu guru mengawali pengajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Selanjutnya diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara detail seperti berikut.
1.      Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa.
a)        MenjelaskanTujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa–siswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi –tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu.
b)        Menyiapkan Siswa.
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang lalu.
2.        Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkahlangkah demonstrasi yang efektif.
a.    Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi/presentasi adalah:
·         kejelasan tujuan dan poin-poin utama, yaitu menfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari penyimpangan dari pokok bahsan/LKS;
·         presentasi selangkah demi selangkah;
·   prosedur spesifik dan kongkret, yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam, atau berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang untuk poin poin yang sulit;
·        pengecekan untuk pemahaman siswa, yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin sebelum melanjutkan ke poin berikutnya, ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa yang telah dipresentasikan, mintalah siswa mengikhtisarkan poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri, dan ajarkan ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa (Kardi dan Nur, 2000: 32).
b.    Melakukan demonstrasi
 Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain. Tingkah laku orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu diingat bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar. Oleh karena itu, agar dapat mendemonstrasikan suatu keterampilan atau konsep dengan berhasil, guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.
3.        Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru atau yang penuh tekanan
Beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan adalah seperti berikut :
Ø  Tugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna.
Ø  Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari
Ø  Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practiced)
Ø  Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan.
4.        Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa. Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut:
a.         Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b.        Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c.         Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud
d.        Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e.         Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f.          Apabila memberikan umpan balik yang negatif, tunjukkan bagaimana
       melakukannya  dengan benar
g.        Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada “proses” dan bukan pada “hasil.”
h.   Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri.
5.         Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri. Kardi dan Nur (2000: 43) memberikan tiga panduan umum latihan mandiri yang diberikan sebagai pekerjaan rumah seperti berikut.
a.    Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi  merupakan kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran berikutnya
b.    Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa, tentang tingkat keterlibatan    yang diharapkan
c.    Guru seharusnya memberikan umpan balik tentang pekerjaan rumah tersebut.

C.       Mengelola Lingkungan Pembelajaran
Tugas yang dikaitkan dengan pengelolaan lingkungan belajar selama pelajaran pengajaran langsung hampir sama dengan tugas yang digunakan ketika menggunakan model presentasi. Dalam pengajaran langsung guru menyusun lingkungan belajar dengan sangat ketat, membuat fokus akademik, dan mengharapkan siswa jadi pengamat, pendengar dan siswa yang cermat. Guru yang efektif menggunakan metode-metode untuk mengatur pembicaraan siswa  dan memastikan kecepatan pelajaran tetap terjaga. Perilaku tidak menyenangkan yang terjadi selama pelajaran pengajaran langsung harus ditangani secara akurat dan cepat. Namun demikian, pemeliharaan lingkungan terstruktur dengan fokus akademis tidak mengesampingkan lingkungan yang ditandai dengan proses demokratis dan suasana perasaan yang positif.

D.      Penilaian dan Evalusi
Model pengajaran langsung digunakan paling tepat untuk mengajarkan keterampilan dan pengetahuan yang dapat diajarkan secara bertahap, evaluasi seharusnya berfokus pada tes kinerja yang mengukur perkembangan keterampilan dan bukannya tes tertulis mengenai pengetahuan deklaratif. Misalnya mampu mengidentifikasi karakter dalam papan ketik komputer jelas-jelas tidak memberikan banyak informasi mengenai kemampuan seseorang memainkan papan ketik, namun tes penggunanaan papan ketik yang diukur waktunya akan lebih baik dilakukan seorang guru. Mampu mengidentifikasi kata kerja dalam kolom kata benda tidak berati bahwa seseorang siswa dapat menulis kalimat, hal ini membutuhkan tes yang mengharuskan siswa menulis kalimat agar guru mampu mengevaluasi keterampilan siswa. Menghafalkan langkah-langkah yang benar dalam model pembelajaran apapun yang dijabarkan tidak memberitahu kita apakah seorang guru bisa menggunakan model tersebut didepan 25 orang, hanya demonstrasi kelas yang dapat menunjukkan penguasaan guru akan keterampilan tersebut.
Sering kali guru sulit membuat tes kinerja dan menilainya dengan tepat, dan tes tersebut juga sangat menyita waktu. Namun demikian jika anda ingin siswa anda menguasai keterampilan yang anda ajarkan, tidak ada satupun yang dapat mengantikan prosedur evaluasi berbasis kinerja.