A. Dukungan Teoritis dan Empiris
Sejumlah akar historis dan teoritis dimunculkan
untuk memberikan rasional dan dukungan bagi pengajaran langsung. Beberapa aspek
dari model tersebut diturunkan dari prosedur pelatihan yang dikembangkan dalam
konteks industri dan militer. Barak
Rosenshine dan Robert Stevens (1986),
misalnya, melaporkan bahwa mereka menemukan buku yang dipublikasikan tahun 1945
berjudul How to Instruct yang berisi
gagasan terkait dengan pengajaran langsung. Dukungan teoris dan empiris
meliputi teori perilaku, teori kognitif sosial, dan penalitian efektivitas
guru.
B.
Merencanakan dan Melakasanakan
Pelajaran Pengajaran Langsung
Sama
halnya dengan pendekatan pengajaran apapun, pelaksanaan terampil dari pelajaran
pengajaran langsung membutuhkan keputusan dan perilaku khusus oleh guru selama
perencanaan dan selama melaksanakan pelajaran. Bebebrapa tindakan ini mirip
dengan tindakan yang ditemukan di model-model pengajaran lainnya. Ada beberapa
hal yang ditekankan dalam melaksanakan pelajaran pengajaran langsung.
a.
Merencanakan
Pengajaran Langsung
Model pengajaran
langsung khususnya dirancang untuk meningkatkan pembelajaran siswa tentang
pengetahuan faktual yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan
cara bertahap dan untuk membantu siswa menguasai pengetahuan prosedural yang
dibutuhkan untuk menampilkan keterampilan sederhana dan kompleks. Tujuan
pengajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemerolehan pengetahuan dengan
tujuan yang dimaksudkan untuk pengembangan ketemapilan.
1. Menyiapkan
Tujuan
Ketika
menyiapkan tujuan untuk pelajaran pengajaran langsung, format perilaku yang
lebih khusus biasanya merupakan pendekatan yang disukai. Tujuan yang baik harus
berpusat pada siswa dan spesifik, menyatakan situasi pengetesan (penilaian),
dan mengidentifikasi tingkat kinerja yang diharapkan. Perbedaan utama antara
menulis tujuan untuk pelajaran yang berorientasi pada keterampilan dan menulis
pelajaran dengan konten yang lebih kompleks adalah bahwa tujuan yang
berorientasi keterampilan biasanya menujukkan perilaku yang diamati dengan
mudah yang dapat diungkapkan dengan
tepat dan diukur dengan akurat. Misalnya jika tujuannya adalah membuat siswa
dapat memanjat tali sepanjang 15 kaki dalam tujuh menit, perilaku tersebut
dapat diamati dan diukur waktunya. Jika tujuannya adalah menyuruh siswa mengamati
bola dunia dan menunjukkan Irak, perilaku tersebut juga dapat diamati.
2. Kemajuan
Belajar dan Analisis Tugas
Kemajuan belajar
dan analisis tugas merupakan alat yang digunakan guru untuk mendefinisikan
hasil belajar yang terkait dengan potongan pengetahuan atau keterampilan
tertentu dan menentukan cara terbaik menyusun pengajaran. Alat ini, kadang
dikaitkan dengan Popham (2008),
digunakan untuk mengidentifikasi seperangkat sub keterampilan atau sub
pengetahuan yang memampukan (blok pembangun) yang harus dikuasai siswa dalam
perjalanannya menuju tujuan atau standar yang lebih global atau keseluruhan.
Analisis tugas
merupakan alat yang sama. Gagasan pokok di balik analisis tugas adalah bahwa
pemahaman dan keterampilan kompleks tidak dapat dipelajari pada satu saat saja
atau secara keseluruhan. Alih-alih untuk memudahkan pemahan dan penguasaan,
keterampilan dan pemahaman kompleks pertama-tam harus dibagi menjadi
bagian-bagian penting.
Analisis tugas
membantu guru mendefinisikan secara tepat apa yang perlu dilakukan siswa untuk
menampilkan keterampilan yang diharapkan. Hal ini dapat dicapai melalui
beberapa tahap:
a. Mencari tahu apa yang dilakukan orang
yang berpenga\etahuan luas ketika keterampilan ditampilkan
b. Membagi keterampilan keseluruhan menjadi
sub keterampilan
c. Meletakkan sub keterampilan dengan
urutan tertentu, menunjukkan sub keterampilan mana yang mungkin menjadi
prasyarat keterampilan lain
d. Merancang strategi untuk mengajarkan
setiap sub keterampilan dan cara menggabungkannya
3. Merencanakan
Waktu dan Ruang
Merencanakan dan
mengelolah waktu sangatlah penting bagi pelajaran pengajaran langsung. Guru
harus memastikan waktunya cukup, cocok dengan bakat dan kemampuan siswa dalam
kelas tersebut, dan siswa termotivasi untuk tetap terlibat selama pelajaran.
Memastikan bahwa siswa memahami tujuan pelajaran pengajaran langsung dan
mengaitkan pelajaran dengan pengetahuan awal dan minat siswa merupakan
cara-cara meningkatkan atensi dan keterlibatan siswa.
b.
Melaksanakan
Pelajaran Pengajaran Langsung
Pada setiap model pengajaran memiliki sintaks atau fase-fase
pengajaran yang berbeda antara satu model pengajaran dengan model pengajaran
yang lain. Model pengajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting,
yaitu guru mengawali pengajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar
belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan
guru. Selanjutnya diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau
demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga
pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan
balik terhadap keberhasilan siswa. Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat
dijelaskan secara detail seperti berikut.
1.
Menyampaikan
Tujuan dan Mempersiapkan Siswa.
a)
MenjelaskanTujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka
berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa
yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran
itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa–siswanya melalui
rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau
menempelkan informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi –tahap-tahap dan
isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian
siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar
tahap-tahap pelajaran itu.
b)
Menyiapkan Siswa.
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik
perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan
mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan
dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan
ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau
memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang
lalu.
2.
Mendemonstrasikan Pengetahuan
atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkahlangkah
demonstrasi yang efektif.
a. Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada
siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang
baik. Dalam melakukan presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang
kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam
langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah. Beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam penyampaian informasi/presentasi adalah:
·
kejelasan tujuan dan
poin-poin utama, yaitu menfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada satu
waktu tertentu dan menghindari penyimpangan dari pokok bahsan/LKS;
·
presentasi selangkah demi
selangkah;
· prosedur spesifik dan
kongkret, yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam, atau berikan
kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang untuk poin poin yang sulit;
· pengecekan untuk pemahaman
siswa, yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin sebelum melanjutkan ke
poin berikutnya, ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor pemahaman
mereka tentang apa yang telah dipresentasikan, mintalah siswa mengikhtisarkan
poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri, dan ajarkan ulang bagian-bagian
yang sulit dipahami oleh siswa dengan penjelasan guru lebih lanjut atau dengan
tutorial sesama siswa (Kardi dan Nur, 2000: 32).
b. Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung
berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari berasal dari
pengamatan terhadap orang lain. Tingkah laku orang lain yang baik maupun yang
buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu diingat bahwa belajar melalui
pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau
tidak benar. Oleh karena itu, agar dapat mendemonstrasikan suatu keterampilan
atau konsep dengan berhasil, guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau
keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi
untuk menguasai komponen-komponennya.
3.
Menyediakan Latihan
Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara
guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa
secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar
berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan
konsep/keterampilan pada situasi yang baru atau yang penuh tekanan
Beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru
dalam menerapkan dan melakukan pelatihan adalah seperti berikut :
Ø
Tugasi siswa melakukan
latihan singkat dan bermakna.
Ø
Berikan pelatihan sampai
benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari
Ø
Hati-hati terhadap kelebihan
dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi
(distributed practiced)
Ø
Perhatikan tahap-tahap awal
pelatihan.
4.
Mengecek Pemahaman dan
Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung, fase ini mirip
dengan apa yang kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat
menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa. Beberapa
pedoman dalam memberikan umpan balik efektif yang patut dipertimbangkan oleh
guru seperti berikut:
a.
Berikan umpan balik sesegera
mungkin setelah latihan
b.
Upayakan agar umpan balik
jelas dan spesifik
c.
Konsentrasi pada tingkah
laku, dan bukan pada maksud
d.
Jaga umpan balik sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa
e.
Berikan pujian dan umpan
balik pada kinerja yang benar
f. Apabila memberikan umpan
balik yang negatif, tunjukkan bagaimana
melakukannya dengan benar
g.
Bantulah siswa memusatkan
perhatiannya pada “proses” dan bukan pada “hasil.”
h. Ajari siswa cara memberi
umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri.
5.
Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang
diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung
adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan
kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya
secara mandiri. Kardi dan Nur (2000: 43) memberikan tiga panduan umum latihan
mandiri yang diberikan sebagai pekerjaan rumah seperti berikut.
a.
Tugas rumah yang diberikan
bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan
kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran berikutnya
b.
Guru seyogyanya
menginformasikan kepada orang tua siswa, tentang tingkat keterlibatan yang
diharapkan
c.
Guru seharusnya memberikan
umpan balik tentang pekerjaan rumah tersebut.
C.
Mengelola Lingkungan Pembelajaran
Tugas yang dikaitkan dengan pengelolaan lingkungan
belajar selama pelajaran pengajaran langsung hampir sama dengan tugas yang
digunakan ketika menggunakan model presentasi. Dalam pengajaran langsung guru
menyusun lingkungan belajar dengan sangat ketat, membuat fokus akademik, dan
mengharapkan siswa jadi pengamat, pendengar dan siswa yang cermat. Guru yang
efektif menggunakan metode-metode untuk mengatur pembicaraan siswa dan memastikan kecepatan pelajaran tetap
terjaga. Perilaku tidak menyenangkan yang terjadi selama pelajaran pengajaran
langsung harus ditangani secara akurat dan cepat. Namun demikian, pemeliharaan
lingkungan terstruktur dengan fokus akademis tidak mengesampingkan lingkungan
yang ditandai dengan proses demokratis dan suasana perasaan yang positif.
D.
Penilaian dan Evalusi
Model pengajaran langsung digunakan paling tepat
untuk mengajarkan keterampilan dan pengetahuan yang dapat diajarkan secara
bertahap, evaluasi seharusnya berfokus pada tes kinerja yang mengukur
perkembangan keterampilan dan bukannya tes tertulis mengenai pengetahuan
deklaratif. Misalnya mampu mengidentifikasi karakter dalam papan ketik komputer
jelas-jelas tidak memberikan banyak informasi mengenai kemampuan seseorang
memainkan papan ketik, namun tes penggunanaan papan ketik yang diukur waktunya
akan lebih baik dilakukan seorang guru. Mampu mengidentifikasi kata kerja dalam
kolom kata benda tidak berati bahwa seseorang siswa dapat menulis kalimat, hal
ini membutuhkan tes yang mengharuskan siswa menulis kalimat agar guru mampu
mengevaluasi keterampilan siswa. Menghafalkan langkah-langkah yang benar dalam
model pembelajaran apapun yang dijabarkan tidak memberitahu kita apakah seorang
guru bisa menggunakan model tersebut didepan 25 orang, hanya demonstrasi kelas
yang dapat menunjukkan penguasaan guru akan keterampilan tersebut.
Sering kali guru sulit membuat tes kinerja dan
menilainya dengan tepat, dan tes tersebut juga sangat menyita waktu. Namun
demikian jika anda ingin siswa anda menguasai keterampilan yang anda ajarkan,
tidak ada satupun yang dapat mengantikan prosedur evaluasi berbasis kinerja.
No comments:
Post a Comment