Wednesday, June 11, 2014

Pengajaran Langsung


A.       Dukungan Teoritis dan Empiris
Sejumlah akar historis dan teoritis dimunculkan untuk memberikan rasional dan dukungan bagi pengajaran langsung. Beberapa aspek dari model tersebut diturunkan dari prosedur pelatihan yang dikembangkan dalam konteks industri dan militer. Barak Rosenshine dan Robert Stevens (1986), misalnya, melaporkan bahwa mereka menemukan buku yang dipublikasikan tahun 1945 berjudul How to Instruct yang berisi gagasan terkait dengan pengajaran langsung. Dukungan teoris dan empiris meliputi teori perilaku, teori kognitif sosial, dan penalitian efektivitas guru.

B.       Merencanakan dan Melakasanakan Pelajaran Pengajaran Langsung
Sama halnya dengan pendekatan pengajaran apapun, pelaksanaan terampil dari pelajaran pengajaran langsung membutuhkan keputusan dan perilaku khusus oleh guru selama perencanaan dan selama melaksanakan pelajaran. Bebebrapa tindakan ini mirip dengan tindakan yang ditemukan di model-model pengajaran lainnya. Ada beberapa hal yang ditekankan dalam melaksanakan pelajaran pengajaran langsung.

a.         Merencanakan Pengajaran Langsung
Model pengajaran langsung khususnya dirancang untuk meningkatkan pembelajaran siswa tentang pengetahuan faktual yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan cara bertahap dan untuk membantu siswa menguasai pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk menampilkan keterampilan sederhana dan kompleks. Tujuan pengajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemerolehan pengetahuan dengan tujuan yang dimaksudkan untuk pengembangan ketemapilan.
1.    Menyiapkan Tujuan
Ketika menyiapkan tujuan untuk pelajaran pengajaran langsung, format perilaku yang lebih khusus biasanya merupakan pendekatan yang disukai. Tujuan yang baik harus berpusat pada siswa dan spesifik, menyatakan situasi pengetesan (penilaian), dan mengidentifikasi tingkat kinerja yang diharapkan. Perbedaan utama antara menulis tujuan untuk pelajaran yang berorientasi pada keterampilan dan menulis pelajaran dengan konten yang lebih kompleks adalah bahwa tujuan yang berorientasi keterampilan biasanya menujukkan perilaku yang diamati dengan mudah  yang dapat diungkapkan dengan tepat dan diukur dengan akurat. Misalnya jika tujuannya adalah membuat siswa dapat memanjat tali sepanjang 15 kaki dalam tujuh menit, perilaku tersebut dapat diamati dan diukur waktunya. Jika tujuannya adalah menyuruh siswa mengamati bola dunia dan menunjukkan Irak, perilaku tersebut juga dapat diamati.
2.    Kemajuan Belajar dan Analisis Tugas
Kemajuan belajar dan analisis tugas merupakan alat yang digunakan guru untuk mendefinisikan hasil belajar yang terkait dengan potongan pengetahuan atau keterampilan tertentu dan menentukan cara terbaik menyusun pengajaran. Alat ini, kadang dikaitkan dengan Popham (2008), digunakan untuk mengidentifikasi seperangkat sub keterampilan atau sub pengetahuan yang memampukan (blok pembangun) yang harus dikuasai siswa dalam perjalanannya menuju tujuan atau standar yang lebih global atau keseluruhan.
Analisis tugas merupakan alat yang sama. Gagasan pokok di balik analisis tugas adalah bahwa pemahaman dan keterampilan kompleks tidak dapat dipelajari pada satu saat saja atau secara keseluruhan. Alih-alih untuk memudahkan pemahan dan penguasaan, keterampilan dan pemahaman kompleks pertama-tam harus dibagi menjadi bagian-bagian penting.
Analisis tugas membantu guru mendefinisikan secara tepat apa yang perlu dilakukan siswa untuk menampilkan keterampilan yang diharapkan. Hal ini dapat dicapai melalui beberapa tahap:
a.    Mencari tahu apa yang dilakukan orang yang berpenga\etahuan luas ketika keterampilan ditampilkan
b.   Membagi keterampilan keseluruhan menjadi sub keterampilan
c.    Meletakkan sub keterampilan dengan urutan tertentu, menunjukkan sub keterampilan     mana yang mungkin menjadi prasyarat keterampilan lain
d. Merancang strategi untuk mengajarkan setiap sub keterampilan dan cara menggabungkannya
3.    Merencanakan Waktu dan Ruang
Merencanakan dan mengelolah waktu sangatlah penting bagi pelajaran pengajaran langsung. Guru harus memastikan waktunya cukup, cocok dengan bakat dan kemampuan siswa dalam kelas tersebut, dan siswa termotivasi untuk tetap terlibat selama pelajaran. Memastikan bahwa siswa memahami tujuan pelajaran pengajaran langsung dan mengaitkan pelajaran dengan pengetahuan awal dan minat siswa merupakan cara-cara meningkatkan atensi dan keterlibatan siswa.
b.        Melaksanakan Pelajaran Pengajaran Langsung
Pada setiap model pengajaran memiliki sintaks atau fase-fase pengajaran yang berbeda antara satu model pengajaran dengan model pengajaran yang lain. Model pengajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting, yaitu guru mengawali pengajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Selanjutnya diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara detail seperti berikut.
1.      Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa.
a)        MenjelaskanTujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa–siswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi –tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu.
b)        Menyiapkan Siswa.
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang lalu.
2.        Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan
Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkahlangkah demonstrasi yang efektif.
a.    Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi/presentasi adalah:
·         kejelasan tujuan dan poin-poin utama, yaitu menfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari penyimpangan dari pokok bahsan/LKS;
·         presentasi selangkah demi selangkah;
·   prosedur spesifik dan kongkret, yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam, atau berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang untuk poin poin yang sulit;
·        pengecekan untuk pemahaman siswa, yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin sebelum melanjutkan ke poin berikutnya, ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa yang telah dipresentasikan, mintalah siswa mengikhtisarkan poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri, dan ajarkan ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa (Kardi dan Nur, 2000: 32).
b.    Melakukan demonstrasi
 Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain. Tingkah laku orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu diingat bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar. Oleh karena itu, agar dapat mendemonstrasikan suatu keterampilan atau konsep dengan berhasil, guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.
3.        Menyediakan Latihan Terbimbing
Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru atau yang penuh tekanan
Beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan adalah seperti berikut :
Ø  Tugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna.
Ø  Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari
Ø  Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practiced)
Ø  Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan.
4.        Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa. Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut:
a.         Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan
b.        Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik
c.         Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud
d.        Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
e.         Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar
f.          Apabila memberikan umpan balik yang negatif, tunjukkan bagaimana
       melakukannya  dengan benar
g.        Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada “proses” dan bukan pada “hasil.”
h.   Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri.
5.         Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri. Kardi dan Nur (2000: 43) memberikan tiga panduan umum latihan mandiri yang diberikan sebagai pekerjaan rumah seperti berikut.
a.    Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi  merupakan kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran berikutnya
b.    Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa, tentang tingkat keterlibatan    yang diharapkan
c.    Guru seharusnya memberikan umpan balik tentang pekerjaan rumah tersebut.

C.       Mengelola Lingkungan Pembelajaran
Tugas yang dikaitkan dengan pengelolaan lingkungan belajar selama pelajaran pengajaran langsung hampir sama dengan tugas yang digunakan ketika menggunakan model presentasi. Dalam pengajaran langsung guru menyusun lingkungan belajar dengan sangat ketat, membuat fokus akademik, dan mengharapkan siswa jadi pengamat, pendengar dan siswa yang cermat. Guru yang efektif menggunakan metode-metode untuk mengatur pembicaraan siswa  dan memastikan kecepatan pelajaran tetap terjaga. Perilaku tidak menyenangkan yang terjadi selama pelajaran pengajaran langsung harus ditangani secara akurat dan cepat. Namun demikian, pemeliharaan lingkungan terstruktur dengan fokus akademis tidak mengesampingkan lingkungan yang ditandai dengan proses demokratis dan suasana perasaan yang positif.

D.      Penilaian dan Evalusi
Model pengajaran langsung digunakan paling tepat untuk mengajarkan keterampilan dan pengetahuan yang dapat diajarkan secara bertahap, evaluasi seharusnya berfokus pada tes kinerja yang mengukur perkembangan keterampilan dan bukannya tes tertulis mengenai pengetahuan deklaratif. Misalnya mampu mengidentifikasi karakter dalam papan ketik komputer jelas-jelas tidak memberikan banyak informasi mengenai kemampuan seseorang memainkan papan ketik, namun tes penggunanaan papan ketik yang diukur waktunya akan lebih baik dilakukan seorang guru. Mampu mengidentifikasi kata kerja dalam kolom kata benda tidak berati bahwa seseorang siswa dapat menulis kalimat, hal ini membutuhkan tes yang mengharuskan siswa menulis kalimat agar guru mampu mengevaluasi keterampilan siswa. Menghafalkan langkah-langkah yang benar dalam model pembelajaran apapun yang dijabarkan tidak memberitahu kita apakah seorang guru bisa menggunakan model tersebut didepan 25 orang, hanya demonstrasi kelas yang dapat menunjukkan penguasaan guru akan keterampilan tersebut.
Sering kali guru sulit membuat tes kinerja dan menilainya dengan tepat, dan tes tersebut juga sangat menyita waktu. Namun demikian jika anda ingin siswa anda menguasai keterampilan yang anda ajarkan, tidak ada satupun yang dapat mengantikan prosedur evaluasi berbasis kinerja.



No comments:

Post a Comment