Wednesday, June 25, 2014

Strategi Pembelajaran Matematika di Indonesia

Srategi Pembelajaran Matematika di Indonesia

Perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia memang sedikit memprihatinkan, rendahnya penguasaan teknologi dan kemampuan sumber daya manusia Indonesia untuk berkompetensi secara global bisa menjadi salah satu dari sekian banyaknya faktor yang ada. Indonesia adalah sebuah negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun       kemampuan anak Indonesia di bidang matematika masih terbilang rendah. Mereka beranggapan bahwa pembelajaran matematika itu sulit, serta kurangnya jumlah pengajar yang mengikuti perkembangan matematika.
Matematika dikenal sebagai ilmu dasar, pembelajaran matematika akan melatih kemampuan kritis, logis, analitis dan sistematis. Tetapi peran matematika tidak hanya sebatas hal tersebut, seperti bidang lain, seperti fisika, ekonomi, biologi tidak terlepas dari peran matematika. Tetapi kemajuan ilmu fisika itu sendiri tidak akan tercapai tanpa peran matematika dan perkembangan matematika itu sendiri. seperti ada pendapat  yang menyatakan bahwa  “Matematika sebagai Ratu dan sekaligus Pelayan ilmu.”
Berkaitan dengan kurikulum 2013
Sekarang kurikulum yang sedang diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013, dimana Dalam pandangan Kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran adalah suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dilihat dari aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Kemampuan ini akan diperlukan oleh siswa tersebut untuk kehidupannya dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan kehidupan umat manusia. Karena itu suatu kegiatan pembelajaran seharusnya mempunyai arah yang menuju pemberdayaan semua potensi siswa agar dapat menjadi kompetensi yang diharapkan. 
         Menurut (Anonim,  2013)Klik Untuk Lihat Blog Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin, dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika maupun bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, pada keadaan yang sebenarnya adalah belum sesuai dengan yang diharapkan. kebanyakan bahkan hampir di semua sekolah pembelajaran yang diterapkannya masih cenderung text book oriented ( berorientasi pada buku ) dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran matematika yang cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain pembelajaran yang kreatif. Seperti metode yang digunakan kurang bervariasi, tidak melakukan pengajaran bermakna, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.
Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur berbagai pembelajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan karena itu pemilihan metode strategi dari pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya  pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi para guru.
Namun di  Indonesia ini para guru masih belum mampu dan mau menerapkannya. Sehingga peserta didik hanya sering mendengarkan ceramah tanpa memperdulikan sebagian peserta didik yang pemahamannya kurang dan sulit menangkap penjelasan guru. Sehingga guru-guru tersebut perlu tindakan lain agar pembelajaran matematika tersebut berkembang sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.
Keadaan tersebut mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran tersebut siswa kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-idenya dan alasan jawaban mereka. Perubahan cara berpikir yang perlu diperhatikan sejak awal adalah bahwa hasil belajar siswa merupakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari aktifitas belajarnya.
Dengan kurikulum 2013 dengan prinsipnya seharusnya bembelajaran matematika lebih berkembang dari segi konsep mengajar, teori-teori belajar, dan strategi pembelajarannya. Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan yang akan di capai. Untuk itulah metode dan strategi yang digunakan guru haruslah bervariasi tidak hanya dengan menggunakan satu metode dan strategi saja.
Dalam pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi. Dengan mengajukan masalah konstektual, peserta didik secara bertahap di bimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, seharusnya sekolah menggunakan, seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
Strategi Pembelajaran adalah Strategi pembelajaran adalah cara- cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran.
Menurut  Kafaris , Andi (2011) Strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengaktualisasikan potensi-potensi matematika adalah strategi yang memenuhi kriteria (syarat-syarat ) berikut :
  1. Strategi  tersebut harus memberikan kesempatan dan  dorongan  bagi siswa   untuk secara aktif mengkonstruksi makna (meaning) dari materi-materi yang dipelajari, untuk mengusahakan agar proses pembelajaran betul-betul bermakna (meaningful) bagi para siswa yang bersangkutan, sehingga pengetahuan-pengetahuan, kemampuan-kemampuan, sikap-sikap, dan lain-lain yang dipelajari bisa terinternalisasi dengan baik (lihat, Schifter & Fosnot, 1993). Jika proses belajar aktif dan konstruktif tidak dilakukan, dapat dikhawatirkan bahwa pembelajaran hanya terjadi secara mekanistik (rote learning), sehingga pengetahuan-pengetahuan, kemampuan-kemampuan, sikap-sikap, dan lain-lain tidak terinternalisasi dengan baik, atau bahkan tidak terinternalisasi sama sekali.
  2. Strategi harus secara ekspilist dan intensif melatih dan mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap seperti yang disebutkan di muka. Dalam kenyataan yang sering terjadi, pada bagian awal dari GBPP ada perumusan tujuan tentang kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang diharapkan akan diperoleh; akan tetapi, dalam pelaksanaan dari kegiatan pembelajaran tidak ada usaha yang eksplisit untuk mengupayakan agar kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap itu betul-betul bisa diperoleh, dengan akibat bahwa para siswa kemungkinan besar tidak bisa memperoleh atau mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap tersebut.
  3. Strategi  pembelajaran  matematika  tersebut harus banyak menggunakan  contoh-contoh kejadian (kasus, fenomena) dari dunia nyata untuk dikupas atau dinalisis. Misalnya, untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah-masalah dalam dunia nyata, contoh-contoh masalah yang berasal dari dunia sebaiknya juga digunakan. Dengan contoh-contoh kasus nyata tersebut, di samping proses pemecahan masalah menjadi aktual, siswa juga mengetahui konteks-konteks dalam dunia nyata yang bisa dianalisis secara matematis, atau bisa dikupas segi-segi matematisnya. Proses ini juga akan memperkuat motivasi siswa dalam mempelajari matematika, sebab siswa mengetahui relevansi matematika yang mereka pelajari dengan situasi kehidupan nyata yang mereka alami. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Prof. Hans Freudenthal (alm.) bahwa matematika yang dipelajari oleh siswa sedapat mungkin harus dekat atau relevan dengan kenyataan hidup yang dialami oleh para siswa sehari-hari (lihat misalnya, dalam de Lange, 1987; dan Heuvel-Panhuizen, 1996).
  4. Strategi tersebut perlu menunjukkan kegunaan matematika secara terintegrasi pada berbagai masalah, untuk mengusahakan agar siswa memahami bahwa dalam kehidupan nyata seringkali suatu masalah atau suatu gejala memuat berbagai aspek sehingga cabang matematika bisa dipakai bersama-sama untuk menganalisis masalah atau gejala tersebut.
             Jika kita mencermati pembelajaran matematika di sekolah di Indonesia sekarang  ini, ada beberapa gejala yang tampak mencolok, antara lain :
  • materi pembelajaran yang sangat padat dibandingkan dengan waktu yang tersedia
  •    strategi    pembelajaran   yang  lebih  didominasi   oleh upaya untuk menyelesaikan    materi pembelajaran dalam waktu yang tersedia, dan kurang adanya prosed                  dalamdiri siswa untuk mencerna materi secara aktif dan konstruktif
  •      orientasi pembelajaran yang terpaku pada ulangan umum atau Ebtanas
  •      kurang keterkaitan antara materi dan proses pembelajaran dengan dunia nyata.
Pembelajaran matematika di Indonesia dewasa ini belum mampu mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh matematika pada diri siswa.
Untuk mengupayakan agar pembelajaran matematika di Indonesia dapat mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh matematika pada diri para siswa, banyak hal yang perlu dilakukan, antara lain penggunaan kurikulum yang fleksibel, penerapan strategi pembelajaran yang lebih memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari matematika secara aktif dan konstruktif, dan upaya untuk lebih melibatkan dunia nyata dalam proses pembelajaran matematika di sekolah.
Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran diantaranya adalah :
  • Strategi Pembelajaran Expositori (SPE)
  • Strategi Pembelajaran Inkuuiri ( SPI )
  • Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
  • Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB)
  • Strategi Pembelajaran kooperatif (SPK)
  • Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Strategi pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, dkk ( 2008 ) adalah sebagai berikut :  
  • Critical Incident (pengalaman Penting)
  • Active Knowladge Sharing ( Saling Tukar Pengetahuan )
  • True or False  ( Benar atau Salah ).
  • Guided Not taking ( Catatan Terbimbing ).
  • Card Sort ( Sortir Kartu ).
  •  The Power of Two ( kekuatan Dua Kepala ).
  • Everyone is s teacher here ( Semua Bisa ja#di Guru )
  • Index Card Match ( mencari Pasangan ).
  • Crossword Puzzle ( teka-Teki Silang )
  • Practice Rehearsal Pairs ( Praktek Berpasangan ).
          Untuk lebih jelas mengenai macam-macam strategi pembelajaran diatas kunjungi : Blog referensi berikut.

Dari beberapa penjelasan di atas , Penerapan Cara Belajar Matematika secara Aktif dan Konstruktif  mungkin  akan bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada khususnya di Indonesia, karena dalam hal ini siswa dibuat paham dengan apa yang dipelajarinya dengan mengenalkannya pada konsep matematika yang ada, bukan hanya menerima apa yang telah ada . Cara tersebut memang membutuhkan kemauan yang kuat, mengingat para siswa dan para guru di Indonesia sudah terbiasa dengan model pengajaran yang lama, dimana gurulah yang menjelaskan dan siswa mendengarkan serta mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru That’s it,. bukan hanya di Indonesia bahkan beberapa tempat di belahan dunia lainnya juga mungkin masih menggunakan pemikiran lama tersebut, ditambah lagi dengan adanya faktor-faktor sosial-budaya yang berbeda dari yang ada di negara-negara lain. akan tetapi,tidak ada kata tak mungkin jika kita mau berusaha,  jika kita memang betul-betul ingin mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam pendidikan matematika di negara kita, perubahan tersebut harus kita lakukan. 
Metode-metode dan strategi pembelajaran yang sudah diterapkan di Indonesia begitu banyak, namun belum optimal dalam pelaksanaannya. Sehingga guru pun masih bingung untuk menerapkan metode pembelajaran yang baik untuk peserta didiknya. Oleh karena itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya guru haruslah melibatkan siswa dalam pembelajran secara aktfi, dan mengenal karakteristik siswa , sehingga tidak hanya terpaku pada satu metode mengajar saja.
Pembelajaran matematika memanglah sulit(tak dipungkiri), namun kesulitan itu dapat menjadi mudah ketika siswa sudah tertarik dengan metode dan strategi yang di terapkan gurunya dapat menyenangkan, menarik perhatiannya dan memotivasinya untuk belajar matematika.
Oleh karena itu, Kreatifitas pembelajaran matematika di Indonesia ini perlu terus dikembangkan, karena itu matematika mesti diajarkan secara menarik dan terhubung dengan dunia nyata sehingga siswa senang,

No comments:

Post a Comment